Pantai Drini |
Sungguh luar biasa karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Semua hal tersebut menunjukkan betapa ‘kaya’nya Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa. Pengembangan destinasi wisata di Indonesia berbasis keunikan atau keunggulan lokal menjadi sangat penting agar destinasi wisata Indonesia dapat terus bersaing dengan destinasi wisata negara lain.
Secara garis besar, destinasi wisata
unggulan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok destinasi
wisata alam dan destinasi wisata budaya. Meskipun keduanya sesungguhnya bisa
dipadukan, tetapi pasti akan ada yang ditonjolkan atau diunggulkan pada setiap
destinasi.
1.
Wisata
Alam
Daya tarik utama wisata alam adalah keadaan alam yang menarik orang
untuk datang. Daya tarik alam Indonesia yang menjadi destinasi wisata, antara
lain karst (contoh: Goa Gong di Pacitan, Goa Pindul di Gunungkidul), gumuk
pasir (gunuk pasir Parangkusumo), pantai dan keindahan bawah laut (contoh:
Taman Nasional Bunaken), kepulauan (contoh: Raja Ampat dan Karimunjawa),
pegunungan dan perbukitan (contoh: Bromo dan Tangkuban Perahu), pulau komodo
dan keunikan satwa lainnya.
2.
Wisata
Budaya
Sebagaimana wisata alam, daya tarik utama destinasi wisata budaya
adalah karakter dan cara hidup masyarakat setempat, termasuk adat istiadatnya.
Wisata budaya dapat berupa bentuk fisik (tangible) maupun non fisik (intangible).
Destinasi wisata budaya biasanya memodifikasi kedua bentuk hasil budaya
tersebut atau menonjolkan salah satunya. Daya tarik wisata budaya di Indonesia,
antara lain cagar budaya seperti candi (contoh: Candi Borobudur), museum dan
bangunan-bangunan sejarah perjalan masa lampau (contoh: Keraton Jogja), bangunan
atau rumah-rumah adat (contoh: Rumah Gadang). Dapat pula berupa upacara adat
dan tari-tarian tradisonal (contoh: tari Kecak dan upacara Ngaben).
Candi Cetho |
Definisi menarik bagi setiap orang tentu berbeda. Karena itu, lahir istilah wisata minat khusus. Wisata minat khusus adalah suatu konsep yang diterapkan di dalam pengembangan objek kunjungan wisata yang menekankan pada ketertarikan spesifik (special interest) seperti pendidikan, petualangan, arkeologi, ilmu pengetahuan, dan mungkin olah raga (Kusumayudha, 2004).
Setiap bentang alam
di Indonesia itu unik. Keunikan itu bisa dari berbagai sisi: morfologi,
geologi, hidrologi, biologi, pertanian, dan mungkin sosial-budaya penduduknya.
Kenyataannya, perbedaan cara hidup masyarakat suatu wilayah tidak hanya
dipengaruhi oleh kelompok sukunya, tetapi dipengaruhi pula oleh bentang
alamnya. Sebagai contoh, meskipun berasal dari suku yang sama, cara hidup
masyarakat di kawasan karst akan berbeda dengan cara hidup masyarakat di
dataran rendah non karst. Hal ini menjadi salah satu daya tarik wisata minat
khusus suatu destinasi wisata.
Pengembangan destinasi wisata di
Indonesia dengan konsep ekowisata yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat
menjadi konsep yang dirasa sangat tepat untuk pengembangan daya saing
pariwisata Indonesia. Hal ini pun harus menjadi konsen pemerintah dalam
pengembangan lima kawasan destinasi wisata superprioritas melalui konsep
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang disusun.
Secara normatif,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, strategi pembangunan
wilayah-wilayah KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) adalah dengan
konsep pengembangan ekowisata. Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
33 tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, yang dimaksud
sebagai ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang memperhatikan
secara sekaligus, unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap
usaha-usaha konservasi sumberdaya alam serta peningkatan pendapatan masyarakat
lokal. Dalam konsep ekowisata, keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan
hingga pelaksanaan sangat dikedepankan.
Tujuan utama pengembangan
KSPN hanya bisa berhasil jika ditopang oleh tiga pilar utama: (1) Pengembangan Atraksi (strategi promosi,
perbaikan dan pengembangan lokasi wisata); (2) Pembangunan Aksesibilitas
(infrastruktur fisik pendukung); (3) Amenitas (pendukung non fisik, perbaikan
peraturan, penyediaan lahan, penginapan) (Cahyono dan Tim, 2017).
Contoh sukses pengembangan ekowisata
di Indonesia bisa kita temukan pada
pengelolaan ekowisata Gunung Api Purba di Desa Nglanggeran, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Gunungkidul. Kawasan ini pernah menerima penghargaan ASEAN
Sustainable Tourism Award pada tahun 2018. Setelah satu tahun sebelumnya,
yaitu pada tahun 2017 menerima penghargaan ASEAN Community Based Tourism.
Kawasan Gunung Api Purba masuk sebagai bagian dari kawasan lindung karst
Pegunungan Sewu. Kesuksesan pengelolaan ekowisata Gunung Api Purba terlihat
dari dampak sosial ekonomi yang dirasakan masyarakat. Disisi lain, kondisi alam
kawasan ini sebagai kawasan lindung tetap terjaga dan terus dilestarikan
ditengah tingginya kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun wisatawan
mancanegara.
Berkaca dari
kesuksesan pengelolaan ekowisata Gunung Api Purba, kategori wisata yang mereka
tawarkan adalah wisata minat khusus. Contoh kegiatannya adalah mendaki yang
dapat pula disertai dengan penghijauan. Wisatawan juga bisa live in,
dengan menyewa home stay milik masyarakat setempat. Kesuksesan
pengelolaan Gunung Api Purba Nglanggeran sesungguhnya menunjukkan pada kita
bahwa wisata minat khusus dengan konsep ekowisata pun memiliki nilai jual yang
tinggi.
Bermacam kategori wisata
minat khusus dapat dikedepankan, seperti geowisata, agrowisata, biowisata, atau
lainnya tergantung potensi alam dan sosial budaya setempat. Tinggal mengemasnya
secara rapi dan menarik, serta mempromosikannya. Konsep ekowisata ataupun
wisata minat khusus sesungguhnya tak hanya bisa diterapkan untuk menjaga
kelestarian alam, tetapi juga kelestarian budaya serta adat istiadat Indonesia
yang sangat beragam.
Berdasarkan olah data yang dilakukan
Badan Pusat Statistik selama kurun waktu 2016-2019 (bps.go.id), rata-rata lama
tinggal wisatawan mancanegara di Indonesia dalah 8,87 hari atau sekitar
sembilan hari. Waktu yang cukup lama yang bisa menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki daya tarik yang membuat mereka betah untuk berlama-lama menikmati
destinasi wisata di Indonesia. Meskipun tentu kita tidak boleh berpuas diri
karena angka tersebut seharusnya masih bisa ditingkatkan.
Beberapa hal yang bisa menjadikan
wisatawan mancanegara betah berlama-lama berwisata di Indonesia dan memiliki
niat untuk suatu saat kembali berwisata ke Indonesia, diantaranya: 1) Keramahan
masyarakat; 2) Kekayaan budaya serta adat istiadat; dan 3) Pesona keindahan
alam Indonesia yang luar biasa yang tidak bisa ditemukan di negara lain menjadi
faktor terbesar yang mempengaruhi tingginya kunjungan wisatawan mancanegara dan
lamanya masa tinggal mereka. Faktor-faktor “unik” tersebut menjadi pembeda
suatu destinasi wisata dengan destinasi wisata lainnya yang tidak bisa ditiru
atau diduplikasi. Keunikan-keunikan itulah yang sesungguhnya menjadi daya banding
sekaligus daya saing destinasi wisata Indonesia. Sehingga hal-hal tersebut
harus tetap dijaga.
Puncak Sosok |
Masyarakat harus memiliki konsep
pengembangan destinasi wisata yang unik yang sesuai dengan potensi wilayah. Jangan
sampai tren selfie yang saat ini sedang menjamur termasuk dalam konteks
berwisata di kalangan wisatawan menjadikan pengelola gelap mata sehingga
melupakan keunikan yang dimiliki yang seharusnya ditonjolkan.
Disamping tiga hal tersebut, pelayanan
perlu ditingkatkan berupa: 1) Jaminan keamanan, kesehatan dan keselamatan
dengan suasana yang kondusif; 2) Fasilitas umum yang layak dan memadai serta
terjaga kebersihannya; dan 3) Kemudahan dan kepastian aturan. (RAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar