Sabtu, 12 Februari 2022

Indonesia dan Destinasi Wisatanya: Mengelola Karunia Sang Pencipta (2)


Pantai Drini

 

Sungguh luar biasa karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Semua hal tersebut menunjukkan betapa ‘kaya’nya Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa. Pengembangan destinasi wisata di Indonesia berbasis keunikan atau keunggulan lokal menjadi sangat penting agar destinasi wisata Indonesia dapat terus bersaing dengan destinasi wisata negara lain.

Secara garis besar, destinasi wisata unggulan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok destinasi wisata alam dan destinasi wisata budaya. Meskipun keduanya sesungguhnya bisa dipadukan, tetapi pasti akan ada yang ditonjolkan atau diunggulkan pada setiap destinasi.

1.    Wisata Alam

Daya tarik utama wisata alam adalah keadaan alam yang menarik orang untuk datang. Daya tarik alam Indonesia yang menjadi destinasi wisata, antara lain karst (contoh: Goa Gong di Pacitan, Goa Pindul di Gunungkidul), gumuk pasir (gunuk pasir Parangkusumo), pantai dan keindahan bawah laut (contoh: Taman Nasional Bunaken), kepulauan (contoh: Raja Ampat dan Karimunjawa), pegunungan dan perbukitan (contoh: Bromo dan Tangkuban Perahu), pulau komodo dan keunikan satwa lainnya.

2.    Wisata Budaya

Sebagaimana wisata alam, daya tarik utama destinasi wisata budaya adalah karakter dan cara hidup masyarakat setempat, termasuk adat istiadatnya. Wisata budaya dapat berupa bentuk fisik (tangible) maupun non fisik (intangible). Destinasi wisata budaya biasanya memodifikasi kedua bentuk hasil budaya tersebut atau menonjolkan salah satunya. Daya tarik wisata budaya di Indonesia, antara lain cagar budaya seperti candi (contoh: Candi Borobudur), museum dan bangunan-bangunan sejarah perjalan masa lampau (contoh: Keraton Jogja), bangunan atau rumah-rumah adat (contoh: Rumah Gadang). Dapat pula berupa upacara adat dan tari-tarian tradisonal (contoh: tari Kecak dan upacara Ngaben).




Candi Cetho


Definisi menarik bagi setiap orang tentu berbeda. Karena itu, lahir istilah wisata minat khusus. Wisata minat khusus adalah suatu konsep yang diterapkan di dalam pengembangan objek kunjungan wisata yang menekankan pada ketertarikan spesifik (special interest) seperti pendidikan, petualangan, arkeologi, ilmu pengetahuan, dan mungkin olah raga (Kusumayudha, 2004).

Setiap bentang alam di Indonesia itu unik. Keunikan itu bisa dari berbagai sisi: morfologi, geologi, hidrologi, biologi, pertanian, dan mungkin sosial-budaya penduduknya. Kenyataannya, perbedaan cara hidup masyarakat suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh kelompok sukunya, tetapi dipengaruhi pula oleh bentang alamnya. Sebagai contoh, meskipun berasal dari suku yang sama, cara hidup masyarakat di kawasan karst akan berbeda dengan cara hidup masyarakat di dataran rendah non karst. Hal ini menjadi salah satu daya tarik wisata minat khusus suatu destinasi wisata.

Pengembangan destinasi wisata di Indonesia dengan konsep ekowisata yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat menjadi konsep yang dirasa sangat tepat untuk pengembangan daya saing pariwisata Indonesia. Hal ini pun harus menjadi konsen pemerintah dalam pengembangan lima kawasan destinasi wisata superprioritas melalui konsep pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang disusun.

Secara normatif, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, strategi pembangunan wilayah-wilayah KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) adalah dengan konsep pengembangan ekowisata. Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, yang dimaksud sebagai ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang memperhatikan secara sekaligus, unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Dalam konsep ekowisata, keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan sangat dikedepankan.

Tujuan utama pengembangan KSPN hanya bisa berhasil jika ditopang oleh tiga pilar utama: (1)  Pengembangan Atraksi (strategi promosi, perbaikan dan pengembangan lokasi wisata); (2) Pembangunan Aksesibilitas (infrastruktur fisik pendukung); (3) Amenitas (pendukung non fisik, perbaikan peraturan, penyediaan lahan, penginapan) (Cahyono dan Tim, 2017).

Contoh sukses pengembangan ekowisata di Indonesia bisa kita temukan pada  pengelolaan ekowisata Gunung Api Purba di Desa Nglanggeran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Gunungkidul. Kawasan ini pernah menerima penghargaan ASEAN Sustainable Tourism Award pada tahun 2018. Setelah satu tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2017 menerima penghargaan ASEAN Community Based Tourism. Kawasan Gunung Api Purba masuk sebagai bagian dari kawasan lindung karst Pegunungan Sewu. Kesuksesan pengelolaan ekowisata Gunung Api Purba terlihat dari dampak sosial ekonomi yang dirasakan masyarakat. Disisi lain, kondisi alam kawasan ini sebagai kawasan lindung tetap terjaga dan terus dilestarikan ditengah tingginya kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.

Berkaca dari kesuksesan pengelolaan ekowisata Gunung Api Purba, kategori wisata yang mereka tawarkan adalah wisata minat khusus. Contoh kegiatannya adalah mendaki yang dapat pula disertai dengan penghijauan. Wisatawan juga bisa live in, dengan menyewa home stay milik masyarakat setempat. Kesuksesan pengelolaan Gunung Api Purba Nglanggeran sesungguhnya menunjukkan pada kita bahwa wisata minat khusus dengan konsep ekowisata pun memiliki nilai jual yang tinggi.

Bermacam kategori wisata minat khusus dapat dikedepankan, seperti geowisata, agrowisata, biowisata, atau lainnya tergantung potensi alam dan sosial budaya setempat. Tinggal mengemasnya secara rapi dan menarik, serta mempromosikannya. Konsep ekowisata ataupun wisata minat khusus sesungguhnya tak hanya bisa diterapkan untuk menjaga kelestarian alam, tetapi juga kelestarian budaya serta adat istiadat Indonesia yang sangat beragam.

Berdasarkan olah data yang dilakukan Badan Pusat Statistik selama kurun waktu 2016-2019 (bps.go.id), rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara di Indonesia dalah 8,87 hari atau sekitar sembilan hari. Waktu yang cukup lama yang bisa menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya tarik yang membuat mereka betah untuk berlama-lama menikmati destinasi wisata di Indonesia. Meskipun tentu kita tidak boleh berpuas diri karena angka tersebut seharusnya masih bisa ditingkatkan.

Beberapa hal yang bisa menjadikan wisatawan mancanegara betah berlama-lama berwisata di Indonesia dan memiliki niat untuk suatu saat kembali berwisata ke Indonesia, diantaranya: 1) Keramahan masyarakat; 2) Kekayaan budaya serta adat istiadat; dan 3) Pesona keindahan alam Indonesia yang luar biasa yang tidak bisa ditemukan di negara lain menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi tingginya kunjungan wisatawan mancanegara dan lamanya masa tinggal mereka. Faktor-faktor “unik” tersebut menjadi pembeda suatu destinasi wisata dengan destinasi wisata lainnya yang tidak bisa ditiru atau diduplikasi. Keunikan-keunikan itulah yang sesungguhnya menjadi daya banding sekaligus daya saing destinasi wisata Indonesia. Sehingga hal-hal tersebut harus tetap dijaga.





Puncak Sosok


Masyarakat harus memiliki konsep pengembangan destinasi wisata yang unik yang sesuai dengan potensi wilayah. Jangan sampai tren selfie yang saat ini sedang menjamur termasuk dalam konteks berwisata di kalangan wisatawan menjadikan pengelola gelap mata sehingga melupakan keunikan yang dimiliki yang seharusnya ditonjolkan.

Disamping tiga hal tersebut, pelayanan perlu ditingkatkan berupa: 1) Jaminan keamanan, kesehatan dan keselamatan dengan suasana yang kondusif; 2) Fasilitas umum yang layak dan memadai serta terjaga kebersihannya; dan 3) Kemudahan dan kepastian aturan. (RAI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar