Bagian 1: All about Singkong
Terpikir untuk bercerita tentang
Desa Semugih. Desa ini merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten
Gunungkidul, tepatnya berada di Kecamatan Rongkop. Perjalanan dari Kota
Wonosari mungkin sekitar ± 45
menit ke arah pantai Sadeng Kecamatan Girisubo.
Pertama menginjakkan kaki di Desa
Semugih sekitar setahun yang lalu. Waktu itu sedang musim kemarau, kiri-kanan
jalan gersang. Meskipun begitu, tidak mengurangi keterpukauan akan keindahan
alamnya. Terinspirasi judul film ‘Cintaku
di Kampus Biru’, ‘CINTA’ ku di Semugih sengaja dipilih sebagai judul tulisan ini bukan
tanpa alasan.
Hm, waktu berjalan tak terasa. Banyak
kenangan tertoreh di sana, perjuangan, tawa, dan air mata (biar terkesan
melow). Berjuang bersama masyarakat untuk menjalankan ‘kapal’ sebuah program
pemberdayaan. Dan bersyukur, sampai saat ini melihat dan mengetahui masyarakat
masih mau berjuang meskipun pendampingan secara resmi berakhir.
Salah satu semangat itu
ditunjukkan dengan terselenggaranya PENTAS SENI dan PAMERAN PRODUK LOKAL yang
diselenggarakan selama 3 hari berturut-turut, pada tanggal 15 – 17 Desember
2012. Pada acara pembukaan kegiatan, masyarakat mengundang berbagai mitra baik
Pemerintah, Pihak Swasta/ Dunia Usaha, maupun Perguruan Tinggi.
Tidak bisa selama 3 hari itu
memang menyaksikan dan mengikuti kegiatan tersebut. Tapi bahagia ketika mendapat
cerita dari masyarakat bahwa kegiatan berjalan meriah, dengan banyak
pengunjung. Meskipun tidak semua undangan dapat hadir, tapi para undangan
sangat antusias ketika mengetahui bahwa berbagai produk yang diolah masyarakat
sebagian besar berbahan baku singkong. Mulai dari rengginan, satelit, serta kue
kering maupun kue basah. Selain itu, produk-produk olahan lainnya juga berasal
dari hasil bumi masyarakat setempat.
Berdasarkan cerita Ibu Lurah,
produk-produk yang dipamerkan laris terjual, termasuk tepung Mocaf (Modified Cassava Flour). Ya, masyarakat Desa Semugih saat ini
telah memiliki merk ‘CINTA’, merupakan kependekan dari Cassava INTegration
Area.
Produksi singkong
Desa Semugih memang melimpah, dapat mencapai angka di atas 6000 ton setiap
tahunnya. Kondisi tersebut merupakan potensi lokal yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Namun selama ini masyarakat setempat belum dapat memanfaatnya
dengan baik karena berbagai keterbatasan. Maka Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) Desa Semugih bersama pemerintah Desa Semugih mencoba menfasilitasi dengan
menyusun dan menjalankan program pengembangan ekonomi lokal berbasis singkong. Melalui
program pemberdayaan pemerintah tersebut, BKM sebagai motor penggerak program
menfasiliasi berdirinya pabrik pengolahan Cassava. Pabrik tersebut telah
mulai beroperasi, masyarakat setempat pun telah dibekali dengan berbagai
pelatihan. Channeling program pun telah dimulai, baik dengan pemerintah
maupun Perguruan Tinggi.
Pabrik ini
merupakan pengalaman pertama masyarakat dan belum genap setahun beroperasi. Sangat
wajar jika masyarakat masih meraba-raba terkait manajemen mulai dari bahan baku
hingga pemasaran, dan kondisi belum cukup stabil. Tapi sungguh luar biasa
masyarakat Desa Semugih, mungkin bukan masyarakat Gunungkidul kalau mudah
menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar