Minggu, 09 Oktober 2016

KUPAT TAHU BANDUNGAN, HASIL BLUSUKAN


Melepas penat dan menikmati perjalanan tidak harus dengan sesuatu yang mewah dan mahal. Bahkan seringkali hal yang bisa dinikmati itu berasal dari hal-hal sederhana. Berkeliling desa salah satunya. Dan tulisan kali ini akan berbagi cerita perjalanan di Desa Tambakrejo, salah satu dari delapan desa yang ada di Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa Tambakrejo memang tidak masuk dalam daftar salah satu Desa Wisata di Yogyakarta. Karena itu, tulisan kali ini tidak akan bercerita tentang objek wisata tapi tetap tentang menikmati perjalanan. Perjalanan yang tentu tak lengkap tanpa mencoba kuliner baru.

Sebenarnya sudah cukup lama mondar-mandir melewati warung ini dan sering mendengar ceritanya dari masyarakat setempat. Akhirnya minggu lalu menyempatkan untuk istirahat sejenak singgah dan mencicipi menu di warung ini. Kupat Tahu Bandungan, demikianlah nama yang terpampang menempel di warung ini. Warung yang berada tepat di tepi jalan Tempel - Minggir ini terletak berseberangan dengan pom bensin, dalam perjalanan dari Kecamatan Tempel ke Kecamatan Minggir melewati Desa Tambakrejo. Konon menurut penduduk setempat, penjualanya berasal dari Padukuhan Bandung Wetan Desa Tambakrejo, sementara warung jajanan ini berada di Padukuhan Bandung Kulon desa yang sama.


Sebelum mampir ke warung ini, sebelumnya sempat berbincang dengan bapak-bapak perangkat Desa Tambakrejo di balai desa tentang kuliner khas di Desa Tambakrejo. Bapak-bapak perangkat desa memang tidak lantas menyebut Kupat Tahu ini ketika ditanya, namun mengiyakan ketika kemudian disinggung mengenai warung sederhana ini.

Ya, warung ini memang hanya berdiri di sebuah rumah tua bekas. Lantainya masih merupakan lantai semen yang sudah terlihat berlubang belum diperbaiki. Sekilas ketika melewati warung ini memang cukup membuat berpikir ulang untuk singgah. Namun ketika mampir dan mencicipi kupat tahu di sini, sungguh tidak menyesal. Tentu, semua kembali pada selera. Sebagai penyuka pedas, sepiring kupat tahu pedas pun terhidang.

Saat berbincang dengan Bapak-bapak perangkat desa sempat penulis tanya apa ciri khas kupat tahu di sini. Penulis tidak memperoleh jawaban pasti, namun malah mendapat pertanyaan kembali tentang apa beda kupat tahu dengan tahu guling. Sempat penulis jawab, kupat tahu memakai bumbu kacang sementara tahu guling berbumbu kuah segar alias tidak pakai kacang. Akhirnya ketika kemudian kembali melewati warung Kupat Tahu Bandungan ini, penulis putuskan untuk mampir mengobati rasa penasaran. Maklum, jiwa petualang yang suka penasaran ini seringkali tidak bisa dibendung.

Tidak lama setelah dipesan, sepiring kupat tahu dan segelas teh panas manis sudah terhidang di atas meja. Kerupuk bisa ambil sepuasnya dari sebuah toples besar yang disajikan di atas meja. Potongan lontong atau ketupat, tahu yang dan kembang kol yang digoreng sebentar, kecambah yang direndam sebentar dengan air mendidih serta taburan bawang goreng dan irisan daun seledri. Dari tampilan cara penyajian, Kupat Tahu Bandungan ini sedikit berbeda. Jika biasanya kupat tahu berbumbu kacang yang kental, Kupat Tahu Bandungan ini berbumbu encer mirip bumbu tahu guling namun kemudian ditaburi serbuk kacang. Inilah yang menurut penulis membedakan Kupat Tahu Bandungan ini dengan kupat tahu lainnya. Akhirnya penulis sadar, kenapa penulis sempat ditanya mengenai bedanya kupat tahu dengan tahu guling. Karena jika melihat tampilannya, ternyata Kupat Tahun Bandungan ini memang mirip dengan tahu guling. Karena bumbu Kupat Tahu Bandungan ini memang lebih mirip bumbu tahu guling hanya diraburi bubuk kacang, bukan bumbu kacang yang kental sebagaimana kupat tahu pada umumnya. Rasa pedas yang ditandai dengan warna merah cabai rawit yang di'uleg' tapi tidak halus semakin menggugah selera.

Hmmm, penasaran? Silahkan mampir jika sedang dalam perjalanan Jogja - Magelang atau kebetulan melewati Kecamatan Tempel pada pagi hingga sore hari.

Minggu, 18 September 2016

SEJARAH NASI GORENG, TERNYATA BAGIAN DARI AKULTURASI BUDAYA

Tentu kita tidak asing dengan nama Barack Obama. Terpilihnya Barack Obama sebagai presiden kulit hitam pertama bagi Amerika Serikat sungguh menghebohkan dunia kala itu, tak terkecuali bagi masyarakat Indonesia. Salah satu hal lain yang membuat masyarakat Indonesia pun turut bangga dengan terpilihnya presiden Barack Obama adalah sejarah hidup presiden ke 44 negara adidaya tersebut yang sempat menjalani masa kecil di Indonesia. Hal ini terjadi karena ibunya, Ann Dunham menikah dengan Lolo Soetoro yang adalah warga negara Indonesia, dan pernah tinggal bersama di kawasan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.

Apa hubungannya Barack Obama dengan judul artikel ini? Sedikit berhubungan, karena Barack Obama dikabarkan sangat menyukai makanan ini ketika berada di Indonesia.

w
Namun beberapa sumber berpendapat bahwa sebenarnya nasi goreng bukanlah makanan asli Indonesia, melainkan dibawa oleh orang-orang dari dataran Cina yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. Inilah sebabnya, nasi goreng dapat kita jumpai di beberapa negara yang memiliki makanan pokok nasi.




Di Indonesia sendiri, nasi goreng menjadi makanan yang disukai hampir semua kalangan. Makanan ini pun telah mengalami modifikasi, baik bumbu maupun bahan-bahan lain yang dicampurkan ke dalamnya. Ada yang menambahkan pete, daging atau 'koyoran' daging kambing, telur, udang, dan sebagainya sesuai selera atau ciri khas masing-masing daerah maupun tempat makan tersebut.

Bumbu yang umumnya digunakan yang membuat nasi goreng ini nikmat yang pasti adalah cabe (cabe besar, keriting atau rawit tergantung selera), bawang putih dan atau bawang merah. Ada pula yang menambahkan tomat sebagai bumbu maupun pete.

Nasi goreng dapat kita temukan memiliki sajian khas sesuai negara masing-masing. Hal ini disinyalir karena adanya penyesuaian resep masakan nasi goreng asli masyarakat Tionghoa dengan bumbu-bumbu dan selera masyarakat setempat. Penyajian nya di Indonesia sendiri pun berbeda-beda sesuai dengan kelas dan selera konsumennya. Penyajian nasi goreng yang kita temui di restoran misalnya, akan berbeda dengan penyajian yang dibuat oleh pedagang keliling.

Awal mula terciptanya resep ini diduga karena kebiasaan masyarakat Tionghoa yang tidak menyukai menyantap makanan dingin. Karena itu, nasi yang sudah dingin dihangatkan lagi dengan cara di tumis. Agar hidangan memiliki cita rasa, kemudian ditambahkan beberapa jenis bumbu. Dugaan lain yang mendorong terciptanya masakan ini adalah kebiasaan orang Cina yang tabu membuang buang makanan, sehingga nasi yang masih tersisa dimasak kembali dengan cara sebagai mana kita temukan sebagai nasi goreng saat ini. Tentu, nasi goreng khas masyarakat Tionghoa akan berbeda dengan nasi goreng khas nusantara karena ketersediaan dan kebiasaan serta keyakinan masyarakatnya yang berbeda.

Berikut resep nasi goreng rumahan paling sederhana:

Bahan:
Nasi matang dengan kadar air sedang
Minyak goreng untuk menumis

Bumbu:
Garam sesuai selera
Cabai merah (bisa keriting atau cabai merah besar)
Bawang merah

Cara memasak:
Haluskan bumbu, kemudian tumis bumbu dengan minyak secukupnya. Jika mulai tercium aroma harum bumbu, masukkan nasi yang sudah disiapkan. Aduk hingga terlihat samar-samar nasi mengeluarkan asap. Matikan api, dan sajikan sesuai selera.

Resep tersebut merupakan contoh resep nasi goreng paling sederhana. Untuk tambahan, dapat dicampurkan telur, udang, irisan daging ayam atau kambing, teri goreng, taburan bawang goreng, kecap, irisan kubis, timun maupun tomat. Dapat pula ditambahkan kecap maupun cabe rawit bagi penyuka pedas. Bagi penyuka pete, dapat pula ditambahkan pete pada tumisan bumbu. Adakalanya bawang merah digantikan dengan bawang putih, atau keduanya digunakan sekaligus sebagai bumbu. Kembali semua pada selera.

Apakah kamu termasuk salah satu penyuka nasi goreng? Makanan ini bisa dengan sangat mudah ditemukan sebagai menu kuliner malam yang banyak ditemukan di trotoar di Kota Jogja, atau kota-kota lainnya. Salam kuliner!

Sabtu, 27 Agustus 2016

BERKUNJUNG KE JOGJA PADA PERTENGAHAN TAHUN, JANGAN LEWATKAN PASAR KANGEN JOGJA




Suasana Pasar Kangen Jogja tahun 2015
Maraknya pemberitaan tentang penyelenggaraan Pasar Kangen Jogja tahun ini, mengingatkan pada kunjungan ke Pasar Kangen Jogja tahun lalu. Meskipun pada tahun ini belum sempat berkunjung ke Pasar Kangen Jogja, ada keyakinan pasti kemeriahan dan keramaian di Pasar Kangen tahun ini tidak kalah dengan tahun lalu.

Pasar Kangen Jogja merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta (TBY) selama satu minggu. Pada tahun ini, Pasar Kangen berlangsung sejak tanggal 19 - 27 Juli 2016 di komplek TBY. Tidak hanya hadir dengan tampilan sederhana ala tempo dulu, Pasar Kangen Jogja juga hanya menghadirkan makanan - makanan tradisional Indonesia khas masa lalu. Dalam perhelatan ini juga dihadirkan berbagai pertunjukan kesenian dan pameran yang masih bernuansa tempo dulu.



Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri suasana modern tetap tidak bisa dihindari. Banyaknya sepeda motor yang terparkir di area sekitar TBY tempat acara ini diadakan serta pengunjung bahkan paserta stand yang berpartisipasi berpakaian ala masa kini tetap menjadi bagian yang menyatu pada event ini. Bagaimanapun, adanya Pasar Kangen Jogja perlu diapresiasi sebagai wadah melestarikan budaya dan memperkenalkan serta menumbuhkan kecintaan pada warisan nenek moyang.

Bagian yang menonjol dari Pasar Kangen Jogja adalah kuliner tempo dulu. Jadi bagi yang tidak ingin ketinggalan event ini, ingin mengenal kuliner dan kesenian tradisional warisan nenek moyang terutama yang berasal dari luar kota, berkunjunglah ke Jogja saat perhelatan tahunan ini diadakan. Biasanya Pasar Kangen Jogja diselenggarakan pada pertengahan tahun, sekitar bulan Juni hingga Agustus.

Sebagai gambaran, berikut waktu pelaksanaan Pasar Kangen Jogja dari tahun 2010 hingga tahun 2016 ini:

  • Tahun 2010 : 22 - 30 Juni
  • Tahun 2011 : 14 - 26 Juni
  • Tahun 2012 : 19 - 24 Juni
  • Tahun 2013 : 19 - 24 Juni
  • Tahun 2014 : 18 - 24 Agustus
  • Tahun 2015 : 25 - 30 Agustus
  • Tahun 2016 : 19 - 27 Juli