Senin, 26 November 2012

BERPETUALANG KE AIR TERJUN SRI GETHUK



BERPETUALANG KE AIR TERJUN SRI GETHUK




           Pada sekitar awal September, tepatnya tanggal 2 September 2012 rombongan Sahabat Lingkungan berangkat dari basecamp di kantor WALHI Yogyakarta di Jl. Nyi Pembayun No 14 A Karangsamolo Kotagede Yogyakarta. Sesuai kesepakatan, rombongan akan bersenang-senang ke sebuah air terjun di Kabupaten Gunungkidul.
        Sudah banyak kabar yang menyebutkan keindahan air terjun Sri Gethuk, tapi baru kali tersebut akhirnya bisa menyempatkan berkunjung dan melihat serta menikmati langsung kesenangan di sana. Perjalanan yang cukup panjang pun akhirnya tak terasa. Karena disepanjang perjalananpun akan disuguhi pemandangan yang tidak biasa.
            Untuk mencapai lokasi, rombongan harus menempu perjalanan selama ± 1 jam dengan mengendarai sepeda motor. Lokasi air terjun ini memang cukup jauh dari keramaian dan jalan raya. Kita akan melewati perkampungan penduduk diantara tanah karst.
            Untuk masuk kawasan air terjun ini, dikenai tarif Rp. 5000 per pengunjung ditambah juga tarif parkir tentunya. Sementara untuk mencapai air terjun, pengunjung dapat menaiki perahu rakit yang disediakan oleh pengelola dengan tarif Rp. 5.000 per orang, atau Rp. 10.000 untuk berangkat dan kembali. Namun, pengunjung bisa juga berjalan kaki melewati tepian sungainya.
         Di sekitar air terjun, kita dapat menikmati segarnya air sungai dengan berendam atau berenang di dalamnya. Bagi yang hanya ingi sekedar mengapung atau belum bisa berenang, ada jasa penyewaan pelampung dengan harga Rp. 5.000 per pelampung yang dapat dipakai sepuasnya. Hm, dan ternyata semua fasilitas serba lima ribu ya.
         Kesenangan lain yang bisa dinikmati adalah, menaiki bebatuan yang ada disekitar air terjun. Atau berdiri di bawah maupun di belakang air terjun yang mengalir cukup deras, atau sekedar merendamkan kaki pada geangan air di sekitar air terjun, yang masih menjadi satu kesatuan dengan air terjun dan sungainya. Ya, kita dapat menyatu dengan alam jika berkunjung ke Air Terjun Sri Gethuk ini.
           Tempat wisata ini ternyata cukup ramai dikunjungi, terutama pada saat liburan. Karena memang ada keindahan dan kepuasan tersendiri jika berkunjung ke sana. Boleh dibuktikan :)

Sabtu, 24 November 2012

CANDI BOKO, Sejarah di Puncak Bukit



CANDI BOKO, Sejarah di Puncak Bukit

         Pernah dengar nama Candi Prambanan? Hampir sebagian besar orang Indonesia pasti akan menjawab ‘iya’. Namun pernahkan mendengar mengenai Candi Boko? Mungkin sebagian besar orang perlu berpikir atau mengingat-ingat atau mungkin langsung menjawab ‘tidak’. 
        Candi Boko atau disebut juga Situs Ratu Boko sebenarnya terletak tidak jauh dari Candi Prambanan, bahkan disebutkan sebagai bagian dari komplek Candi Prambanan. Situs Candi Ratu Boko merupakan peninggalan sejarah yang bercorak Hinduisme dan Buddhisme. Ciri Buddhisme ditunjukkan dengan tinggalan arkeologi berupa prasasti Abhayagiriwihara, runtuhan stupa, Arca Dhyani Buddha, dan Stupika. Sementara ciri Hinduisme prasasti Pereng, candi Badraloka, Arca Durga, Arca Ganesha, miniatur candi, yoni dan prasasti dari lempeng emas.
        Bangunan Candi Ratu Boko berada diperbukitan pada ketinggian ± 195,97 m dpl yang terletak pada dua desa, yaitu Desa Sambirejo dan Desa Bokoharjo. Dari kawasan situs ini kita dapat melihat pemandangan Desa Sekitar. Dengan luasnya  yang mencapai sekitar 160.898 m2, kawasan Candi Boko dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan event-event baik skala kecil maupun besar. Yang menarik dari situs Candi Boko ini adalah penataannya yang menyerupai sebuah pemukiman atau perkampungan tempo dulu. Sehingga disimpulkan bahwa Situs Candi Ratu Boko merupakan sebuah komplek kerajaan.
         Pada komplek candi ini terdapat pendopo, candi pembakaran, paseban (tempat menerima tamu), pendopo, pemandian, sumur suci, keputren, serta beberapa prasasti serta bangunan lain yang umumnya menyususn sebuah kerajaan.
        Untuk mencapai situs ini pengunjung memang perlu menempuh jalan yang berliku dan menanjak. Namun terdapat banyak penunjuk jalan yang akan mengarahkan hingga mencapai kawasan situs candi Ratu Boko ini.
           Di kawasan situs ini terdapat banyak gasebo ditengah taman yang luas dan asri, tempatnya pun cukup sepi. Sehingga tempat ini sangat cocok untuk yang suka ketenangan. Situs ini merupakan tempat bersejarah yang rekomended untuk dikunjungi sebagai tempat melepas lelah dan kepenatan. Silahkan dibuktikan.

Rabu, 21 November 2012

Kotagede : Jogja Tempo Doloe di Masa Kini

     Gambar: Salah satu Wajah Kotagede
Sumber: sejarah.kompasiana.com

Konon kawasan yang sekarang disebut sebagai Kotagede merupakan awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Kotagede merupakan bahasa jawa, berarti kota besar. Disebut Kotagede karena pada masa itu, kawasan yang tadinya merupakan hutan belantara yang luas kemudian menjadi sebuah kawasan permukiman yang ramai.
Sampai saat ini, suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini. Kipo dan yangko adalah makanan khas Kotagede yang bisa diperoleh di Pasar Legi dan sekitarnya. Pasar Kotagede yang selalu ramai setiap hari. Namun anda akan menemukan suatu suasana lain apabila anda datang ke Pasar Kotagede di kala tanggalan Jawa menunjukkan pasaran/hari Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar bisa bertambah hingga depan Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, oleh sebagian besar penduduk Kotagede, pasar ini lebih dikenal dengan nama Pasar Legi. Kipo dan yangko adalah makanan khas Kotagede yang bisa diperoleh di Pasar Legi dan sekitarnya. Makam para pendiri Kerajaan Mataram Islam, reruntuhan tembok benteng, dan peninggalan lain bisa kita temukan di Kotagede. Selain itu, terdapat pula masjid Kotagede yang merupakan masjid tertua di Yogyakarta.
Kotagede memang kurang dikenal sebagai kawasan wisata oleh masyarakat luas, terutama yang berasal dari luar Kota Yogyakarta. Padahal jika menjelajah ke kawasan ini, kita dapat merasakan nuansa kehidupan tempo dulu. Kawasan permukiman yang masih didominasi arsitertur lama. Sepertinya memang merupakan bangunan lama yang masih tetap dipertahankan. Kehidupan masyarakat yang bersahaja serta suasanya yang tenang, merupakan gambaran kehidupan asli Kota Yogyakarta.
Kotagede juga dikenal sebagai pusat kerajinan perak. Berbagai jenis kerajinan perak skala rumah tangga bias ditemukan di sini. Terdapat juga penginapan serta kuliner, mulai dari yang murah hingga yang kelas menengah ke atas. Namun apapun kelasnya, tidak sedikit pun merubah cirikhas kawasan ini sebagai kawasan kota tua dan “Yogyakarta Banget”.
Maka, jika berkunjung ke kawasan Kotagede kita tidak hanya disuguhi pemandangan kota tua, tapi juga suasana kota tua yang benar-benar terasa. Dan tidak perlu membayar tiket masuk, cukup dengan menjelajah di seputaran daeran Kotagede Anda sudah bias menikmati nuansa Kota Tua, Yogyakarta tempo dulu. Menelusuri kawasan ini lebih nikmat jika dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda. Karena bangunan-bangunan bernuasa tempo dulue sebagian besar berada di kawasan padat penduduk. Selain itu, dengan berjalan kaki atau bersepeda kita bisa merasakan seolah-olah benar-benar berada di Yogyakarta tempo dulu saat menjelajah kawasan kota tua ini. Selamat Mencoba.